Selasa, 02 Juli 2019

Repetisi dalam Puisi


REPETISI DALAM PUISI

Teknik repetisi adalah  teknik pengulangan kata, frasa, klausa atau kalimat untuk mempertegas makna yang ingin disampaikan oleh penulis dalam puisinya (tulisannnya). Teknik atau majas repetisi ini banyak kita temukan dalam puisi-puisi populer Indonesia, misalnya, puisi “Aku Ingin” dan “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono yang saya kutip di bawah ini.  

/1/
AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
Kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada.


/2/
HUJAN BULAN JUNI

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Pada puisi “Aku Ingin”, Sapardi menggunakan repetisi atau pengulangan baris “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”. Pengulangan ini digunakan untuk memperkuat daya puisi dan kedalaman makna, sehingga pembaca mampu merasakan kekuatan perasaan yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisinya.

Teknik repetisi ini tentunya juga banyak digunakan oleh penyair-penyair Indonesia terkemuka  lainnya, seperti Chairil Anwar dalam puisi “Prajurit Jaga Malam” (Aku suka pada mereka yang berani hidup, aku suka pada mereka yang masuk menemu malam); Goenawan Mohamad dalam puisi “Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi” (sebelum bait pertama, sebelum selesai kata, sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba); dan lain-lain.

ANAFORA DAN EPIFORA
Teknik atau majas repetisi dibagi menjadi dua, yakni anafora dan epifora. Anafora adalah pengulangan yang dilakukan di awal kalimat atau awal bait, sedangkan epifora adalah pengulangan yang dilakukan di bagian akhir kalimat atau akhir bait.
Berikut ini akan saya contohkan puisi yang menggunakan anafora (pengulangan di awal kalimat atau bait)

Contoh Anafora:
/1/
Tiba juga musim penghabisan
Tiba juga mimpi yang terbenam pelahan
Tiba juga waktu memeluk kata-kata nan muram
Tiba juga tubuh terlelap di rimba gemintang.
(Pemateri)

M. Aan Mansyur juga menggunakan teknik anafora ini dalam puisi yang berjudul “Belajar Berenang”. Berikut akan saya kutip potongan puisinya.

Kau kebahagiaan yang terlambat terpejam. Kau yang pertama dan akan selalu basah dalam mimpiku. Kau yang terbangun tengah malam dari mataku.”

*Note: Puisi “Aku Ingin” dan “Hujan Bulan Juni” juga termasuk yang menggunakan anafora, terdapat pengulangan di awal bait.

Sekarang, saya akan memberikan contoh puisi yang menggunakan  teknik epifora (pengulangan di akhir kalimat atau bait)

/1/
Langit yang berdegup dalam jantungmu ternyata raib pada akhirnya
Bahasa yang kau susun di lembaran waktu ternyata raib pada akhirnya
Puisi-puisi yang menyembunyikan mimpi-mimpimu ternyata raib pada akhirnya
Kau dan semua yang terlelap dan terbangun ternyata raib pada akhirnya
(Pemateri)
Contoh puisi di atas menggunakan pengulangan di akhir baris/kalimat.

/2/
Aku pernah terjatuh
Dan kata-kata lenyap dari tubuhku
Dan airmata ibu yang menguatkan langkahku.

Segala arah mengabur
Hilang mata angin dan gemintang di muram semesta
Dan airmata ibu yang menguatkan langkahku
(Pemateri)

*Puisi di atas menggunakan epifora (pengulangan di akhir bait)

Dalam menulis puisi, kita pun juga bisa memadukan anafora dan epifora sekaligus.
Sebagai contoh akan saya kutip puisi karya Toto Sudarto Bachtiar di bawah ini.

Kemerdekaan ialah tanah air dan laut
Semua suara
Janganlah takut padanya

Kemerdekaan ialah tanah air penyair
Dan pengembara
Janganlah takut padanya


Dimas Albiyan
Februari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar